SELAMAT DATANG DI DUNIA KARYA, SEMOGA BERMANFAAT, KRITIKAN DAN MASUKAN SANGAT SAYA HARAPKAN. TERIMA KASIH

Selasa, 15 Januari 2013

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI PADA KURIKULUM 2013

ABSTRAK
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pendidikan kewirausahaan dalam pembelajaran ekonomi pada kurikulum 2013. Pendidikan kewirausahaan akan efektif jika dalam pembelajaran anak didik ditanamkan nilai-nilai kewirausahaan. Penanaman nilai-nilai melalui pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan di semua jenjang pendidikan sehingga hal ini dapat membentuk karakter wirausaha anak didik. Salah satu cara  yang dapat dilakukan dalam menanamkan nilai-nilai wirausaha yaitu dengan mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam seluruh mata pelajaran. Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem penilaian.
Kata kunci : efektif , pendidikan kewirausahaan, kurikulum 2013.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sejak isu reformasi pendidikan digulirkan, banyak bermunculan gagasan-gagasan pembaharuan pendidikan. Reformasi sebagai sebuah gerakan yang memiliki perspektif sejarah politik monumental, karena era reformasi menjadi era pemerintahan substitusi pemerintahan orde baru. Tentunya gagasan reformasi pendidikan ini memiliki momentum yang sangat mendasar dan berbeda dengan gagasan yang sama pada era sebelumnya. Salah satu gagasan yang muncul adalah lahirnya UU No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah yang meletakkan sektor pendidikan sebagai salah satu sektor pembangunan yang berbasis kedaerahan lainnya dan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai pengganti UU No. 2 tahun 1989. Kedua undang-undang tersebut membawa perspektif baru yang amat revolusioner dalam konteks perbaikan sektor pendidikan yang mendorong pendidikan sebagai urusan publik dan urusan masyarakat baik dalam kebijakan kurikulum, manajemen, maupun berbagai kebijakan pengembangan institusi pendidikan itu sendiri.
Arah reformasi dalam mewujudkan pengembangan pendidikan terkait dengan kebijakan kurikulum adalah ikut diperbaharuinya kurikulum yang ada sebelumnya dari kurikulum 1994 diperbaharui menjadi kurikulum 2004 atau KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Selang dua tahun kemudian KBK pun telah mengalami pembaharuan kembali menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) atau kurikulum 2006. Setelah itu, KTSP akan dirubah menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 memiliki perbedaan yang signifikan dengan kurikulum 2004 (Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi/KBK) dan kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP).
Mohammad Nuh (Kemendikbud) pada saat sosialisasi kurikulum 2013 dihadapan ulama/pendidik se-Madura (31 Desember 2012) mengatakan bahwa :
“Kurikulum 2013 itu "membalik" KBK dan KTSP, karena KBK dan KTSP itu menyusun metode (Silabus) terlebih dulu untuk menghasilkan kompetensi tertentu, sedangkan Kurikulum 203 justru menetapkan kompetensi terlebih dahulu, lalu menyusun metode untuk mencapai kompetensi itu. Intinya KBK dan KTSP itu menargetkan out put atau hasil akhir berupa ulangan atau ujian, sedangkan Kurikulum 2013 itu justru mengevaluasi proses hingga out put”.
Dalam buku "Bahan Uji Publik Kurikulum 2013" yang disusun Kemendikbud Tahun 2012 mancatat kurikulum 2006 (KTSP) masih menyisakan delapan masalah yang perlu dibenahi. Delapan permasalahan itu antara lain: materi pelajaran terlalu luas dan tingkat kesukarannya melampaui tingkat perkembangan anak, kompetensi yang dituju belum menggambarkan kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan, serta pembelajaran masih terpusat pada guru, kompetensi yang sesuai kebutuhan zaman belum terakomodasi seperti pendidikan karakter, pembelajaran aktif, dan keseimbangan "soft skills-hard skills", serta standar penilaian belum menggambarkan kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Kurikulum 2013 juga masih manjadi pro-kontra, pihak yang mendukung kurikulum baru menyatakan kurikulum 2013 memadatkan pelajaran sehingga tidak membebani siswa, lebih fokus pada tantangan masa depan bangsa, dan tidak memberatkan guru dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Pihak yang kontra menyatakan, Kurikulum 2013 justru kurang fokus karena menggabungkan beberapa mata pelajaran, dan isunya mata pelajaran kewirausahaan juga akan dihapus. Pada sayogyanya mata pelajaran kewirausahaan ini tidak dihapus, akan tetapi diintegrasikan. Hal ini mengacu pada masih banyaknya permasalahan yang ada di dalam pendidikan kewirausahaan. Sehingga diharapkan dengan adanya kurikulum 2013 ini berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pendidikan kewirausahaan dapat teratasi dengan baik.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1.      Apa yang menjadi faktor permasalahan dalam pendidikan kewirausahaan?
2.      Bagaimana supaya pendidikan kewirausahaan dapat berjalan dengan efektif?
1.3   Tujuan
      Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1.      Untuk mengetahui faktor penyebab permasalahan dalan pendidikan kewirausahaan.
2.      Untuk mengetahui bagaimana supaya pendidikan kewirausahaan dapat berjalan dengan efektif.
 
BAB 2
PEMBAHASAN
2.2  Permasalahan dalam Pendidikan Kewirausahaan
Kurang Menariknya Kurikulum Pendidikan Kewirausahaan.
Pendidikan kewirausahaan masuk dalam kurikulum pendidikan formal. khususnya SMK. Dalam kurikulum di SMK, pendidikan kewirausahaan masuk dalam mata pelajaran yang produktif. Sementara itu, di perguruan tinggi pendidikan kewirausahaan mendapat porsi satu sampai dua matakuliah dengan bobot sekitar tiga sampai enam SKS. Kurikulum yang ada saat ini merujuk pada tujuan untuk membentuk lulusan yang mampu berwirausaha, namun pada kenyataannya, tujuan ini tidak tercapai dalam jumlah yang besar. Dapat dikatakan bahwa pendidikan kewirausahaan di sekolah formal mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan salah satunya karena kurikulum pendidikan kewirausahaan yang ada di sekolah kurang menarik peserta didik pada saat mengikuti pendidikan yang membuat mereka tidak berminat berwirausaha.
Ada beberapa hal yang membuat kurikulum pendidikan kewirausahaan di sekolah formal menjadi kurang menarik. Dilihat dari isinya, kurikulum pendidikan kewirausahaan terlalu terfokus pada sisi teoritis semata. Kegiatan praktik tidak di setting sedemikian rupa untuk menunjang teori yang sebenarnya cukup untuk membekali peserta didik sebagai seorang wirausaha. Kurikulum juga tidak dilengkapi dengan berbagai perencanaan untuk membuat peserta didik lebih mengenal dunia wirausaha secara praktis.
2.2  Efektifitas Pelaksanaan Pendidikan Kewirausahaan
Efektivitas dalam konteks ini adalah berkenaan tentang berbagai upaya untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran bagi siswa melalui berbagai interaksi. Dalam pembelajaran tentunya perlu adanya evaluasi hasil pembelajaran, baik bentuk penilaian ataupun yang lain.  Penilaian adalah sebuah proses yang berkelanjutan untuk mendeteksi kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam aspek karakter, skill, dan pengetahuan. Setiap tahapan proses pembelajaran dapat terjadi proses penilaian. Seperti, tahapan eksplorasi peserta didik dinilai tentang kemampuan merancang alat pencatat data, kemampuan melihat peluang, mengambil kesimpulan, dan pada saat aktion dapat dilihat tentang kerjasamanya, ketepatan waktu, keterampilan mengelola bahan. Pada tahapan komunikasi dinilai kemampuan menjelaskan tentang materi pelajaran, kemampuan persuasifnya, dan sikap menghargai lawan bicaranya.
Kita ketahui sebelumnya bahwa nilai-nilai kewirausahaan itu adalah nilai-nilai luhur yang harus kita junjung untuk menjadikan kita sebagai pribadi-pribadi yang unggul. Pembelajaran kewirausahaan dipelajari sebagai subjek yang terpisah akan efektif jika dalam pembelajaran tersebut anak didik benar-benar ditanamkan nilai-nilai kewirausahaan yang tidak hanya berorientasi untuk mejadi seorang pebisnis yang mempunyai tujuan untuk menghasilkan uang semata.
Pendidikan kewirausahaan akan lebih efektif jika anak didik dipacu untuk menjadi wirausahawan yang unggul dalam bidangnya. Hal ini tentunya disesuaikan dengan minat dan kemampuan anak didik. Dalam mata pelajaran ini anak didik diberikan kesempatan untuk mengembangkan apa yang menjadi angan-angan atau cita-cita mereka tanpa ada unsur dominasi dari guru.  Guru bersifat menanamkan, mengarahkan, membimbing siswa, mensuport siswa dalam menghadapi kendala-kendala yang mereka hadapi.  Untuk itu sebaiknya jika pembelajarannya merupakan subjek yang terpisah.  Alangkah efektif dan efesien jika pendidikan kewirausaan juga diterapkan secara terintegrasi keseluruh aspek dan bidang studi lainnya.   Hal ini tentunya akan lebih mendukung  untuk anak didik kita dikarenakan bakat dan  kemampuan mereka yang beragam tentunya akan berhubungan dengan bidang studi lainnya.  Selain itu jika pembelajaran kewirausahaan di ajarkan secara terintegrasi disetiap bidang studi tentunya pembelajaran kewirausahaan dapat diajarkan mulai sejak dini dari tingkat SD, SMP, SMA/SMK, dan perguruan tinggi bahkan dalam pendidikan non formalpun dapat diajarkan.
Ada empat strategi dasar yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kewirausahaan yaitu:
1. Mengidentifikasi, menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku, dan kepribadian siswa sebagaimana diharapkan,
2. Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3.   Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif, sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran,
4.   Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau indikator kriteria serta standar keberhasilan, sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan pembelajaran yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan. (Suasanti, 2012)
Penilaian kemampuan peserta didik dalam  pendidikan kewirausahaan di setiap satuan pendidikan adalah sebagai berikut:
Ø   Di tingkat PAUD/TK dan SD/MI/SDLB/Paket A diintegrasikan dalam mata pelajaran-mata pelajaran yang ada.
Ø   Di tingkat SMP/MTs/SMPLB/Paket B dan SMA/MA/SMALB bisa diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran atau terwujud dalam kegiatan life skills, maupun dalam muatan lokal/ekstrakurikuler.
Ø     Di tingkat SMK/Paket C, ada beberapa model pendidikan kewirusahaan,
maka penilaiannya dapat terintegrasi pada semua mata pelajaran, terwujud dalam kegiatan life skills, muatan lokal/ekstrakurikuler, serta melekat pada mata pelajaran.
Cara Mengintegrasikan Pendidikan Kewirausahaan tiap Satuan pendidikan
Pendidikan Kewirausahaan dilaksanakan dengan menanamkan nilai-nilai kewirausahaan kepada peserta didik. Penanaman nilai-nilai kewirausahaan melalui pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan di semua jenjang pendidikan sehingga hal ini dapat membentuk karakter wirausaha peserta didik, dan karena diimplementasikan mulai dari jenjang pendidikan terendah (PAUD) hingga tertinggi (Perguruan Tinggi) maka nilai-nilai kewirausahaan (yang termasuk nilai-nilai karakter) tersebut akan melekat kuat di benak dan hati peserta didik dan pada akhirnya peserta didik tersebut (sebagai generasi penerus bangsa) akan memiliki nilai-nilai karakter yang kuat dan pada akhirnya akan membentuk karakter bangsa. Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah.
Pengintegrasian pendidikan kewirausahaan di dasarkan pada framework yang disajikan dalam ilustrasi berikut:
Gambar 2.1. Framework pengintegrasian pendidikan kewirausahaan pada setiap  satuan pendidikan
Beberapa bentuk pengintegrasian pendidikan kewirausahaan yaitu sebagai berikut:
1.      Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Mata Pelajaran
Pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran sehingga hasilnya diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, terbentuknya karakter wirausaha dan pembiasaan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik yang mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dan menjadikannya perilaku. Langkah ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran di seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa dilakuka pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui sistem penilaian.
Pendidikan kewirausahaan secara terintegrasi di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan ini, silabus dan RPP dirancang supaya muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai - nilai kewirausahaan.
Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
a.    Mengkaji SK dan KD untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah tercakup didalamnya.
b.  Mencantumkan nilai - nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam SK dan KD kedalam silabus.
c.  Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.
d.  Memasukan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan ke dalam RPP.
2.      Pendidikan Kewirausahaan Yang Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler
Kegiatan Ekstra Kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan siswa sekolah atau universitas, di luar jam belajar kurikulum standar. Kegiatan-kegiatan ini ada pada setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai universitas. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan agar siswa dapat mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang di luar bidang akademik. Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-siswi itu sendiri.
Beberapa kegiatan ekstra kurikuler yang bisa diberi muatan pendidikan kewirausahaan antara lain :
Ø  Olah raga
Ø  Seni Budaya
Ø  Kepramukaan
Ø  Pameran
3.      Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan suatu kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/ madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan karakter termasuk karakter wirausaha dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan: bakat, minat, kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir, kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian. Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik. Dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah misalnya kegiatan ‘business day’ (bazar, karya peserta didik, dll)
Pendidikan kewirausahaan yang dilakukan melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah yaitu melalui hal-hal sebagai berikut:
a.       Kegiatan rutin sekolah
b.      Kegiatan spontan
c.      Teladan
d.      Pengkondisian
4. Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan Dari konsep/ Teori Ke Pembelajaran Praktik Berwirausaha
Pembelajaran kewirausahaan diarahkan pada pencapaian tiga kompetansi yang meliputi penanaman karakter wirausaha, pemahaman konsep dan skill, dengan bobot yang lebih besar pada pencapaian kompetensi jiwa dan skill dibandingkan dengan pemahaman konsep. Contoh model pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter dan perilaku wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin kejujuran.
5.      Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan Ke Dalam Bahan/Buku Ajar
Bahan/buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata mengikuti urutan penyajian dan kegiatankegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti. Penginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam bahan ajar, baik dalam pemaparan materi, tugas, maupun evaluasi.
6.      Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Kutur Sekolah
Budaya/kultur sekolah adalah suasana kehidupan sekolah dimana peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat sekolah. Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan kewirausahaan dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan mengunakan fasilitas sekolah, seperti kejujuran, tanggung jawab, disiplin, komitmen dan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah (seluruh warga sekolah melakukan aktivitas berwirausaha di lngkungan sekolah).
7.      Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Muatan Lokal
Mata pelajaran ini memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu mata pelajaran muatan lokal harus memuat karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal dalam kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak yang berada di lingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi lokal sebagai peluang untuk mengelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yang kemudian diharapkan anak mampu menjual dalam rangka untuk memperoleh pendapatan. Integrasi pendidikan kewirausahaan di dalam mulok, hampir sama dengan integrasi pendidikan kewirausahaan terintegrasi di dalam mata pelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Pada tahap perencanaan ini, RPP dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya MULOK memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan. Cara menyusun RPP MULOK yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP MULOK yang sudah ada dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan.
                Halim (2012) menyatakan bahwa terdapat beberapa pentahapan dalam mengintegrasikan pendidikan kewirausahaan yang meliputi :
a.       Perencanaan
1.   Pada tahap perencanaan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dirancang agar muatan maupun kegiatan pembelajarannya memfasilitasi untuk mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan.
2. Cara menyusun silabus yang terintegrsi nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan mengadaptasi silabus yang telah ada dengan menambahkan satu kolom dalam silabus untuk mewadahi nilai-nilai kewirausahaan yang akan diintegrasikan.
3.  Cara menyususn RPP yang terintegrasi dengan nilai-nilai kewirausahaan dilakukan dengan cara mengadaptasi RPP yang sudah ada dengan menambahkan pada materi, langkah-langkah pembelajaran atau penilaian dengan nilai-nilai kewirausahaan.
b.      Pelaksanaan
1. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pengembangan pendidikan kewirausahaan mengusahakan agar peserta didik mengenal dan menerima nilai-nilai kewirausahaan sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri.
2.      Peserta didik belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat.
3.  Ketiga proses ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam melakukan kegiatan yang terkait dengan nilai-nilai kewirausahaan.
4.  Pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan dalam silabus dan RPP dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut:
a)   Mengkaji Standard Kompetisi (SK) dan Kempetensi Dasar (KD) untuk menentukan apakah nilai-nilai kewirausahaan sudah tercakup didalamnya.
b)   Mencantumkan nilai-nilai kewirausahaan yang sudah tercantum di dalam SK dan KD   kedalam silabus.
c)   Mengembangkan langkah pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan integrasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku.
d)  Memasukan langkah pembelajaran aktif yang terintegrasi nilai-nilai kewirausahaan ke dalam RPP.
 
BAB 3
KESIMPULAN
Dalam kurikulum baru (kurikulum 2013) terdapat isu yang menyatakan bahwa mata pelajaran kewirausahaan akan dihapus. Pada sayogyanya mata pelajaran kewirausahaan ini tidak dihapus, akan tetapi diintegrasikan. Hal ini mengacu pada masih banyaknya permasalahan yang ada di dalam pendidikan kewirausahaan. Salah satunya yaitu, kurang menariknya kurikulum pendidikan kewirausahaan.
Ada beberapa hal yang membuat kurikulum pendidikan kewirausahaan di sekolah formal menjadi kurang menarik. Dilihat dari isinya, kurikulum pendidikan kewirausahaan terlalu terfokus pada sisi teoritis semata. Kegiatan praktik tidak di setting sedemikian rupa untuk menunjang teori yang sebenarnya cukup untuk membekali peserta didik sebagai seorang wirausaha. Kurikulum juga tidak dilengkapi dengan berbagai perencanaan untuk membuat peserta didik lebih mengenal dunia wirausaha secara praktis. Sehingga kurikulum ini tidak bisa berjalan secara efektif.
Salah satu cara agar pendidikan kewirausahaan dapat berjalan dengan efektif, yaitu dengan mengintegrasikan pendidikan kwirausahaan tersebut.
Cara Mengintegrasikan Pendidikan Kewirausahaan yaitu :
a.       Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam Seluruh Mata Pelajaran
b.      Pendidikan Kewirausahaan Yang Terpadu Dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler
c.       Pendidikan Kewirausahaan Melalui Pengembangan Diri
d.   Perubahan Pelaksanaan Pembelajaran Kewirausahaan Dari konsep/ Teori Ke Pembelajaran  Praktik Berwirausaha
e.       Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan Ke Dalam Bahan/Buku Ajar
f.       Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Kutur Sekolah
g.      Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan melalui Muatan Lokal
 DAFTAR PUSTAKA

Halim, K. 2012. Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah.

(http://pamongmoderat.blogspot.com/2012/10/umj-bahan-3-4-pendidikan-kewirausahaan.html) dipostkan : Sabtu, 13 Oktober 2012.

Jones, B. and Iredale, N. “Enterprise Education as Pedagogy”. Education Journal.
Vol. 52 No. 1. pp. 7-19.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Bahan Uji Publik Kurikulum
2013. Jakarta
Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010.  Pengenbangan Pendidikan
Kewirausahaan; Bahan Pelatihan  Penguatan Metodologi Pembelajaran
Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan
Karakter Bangsa. Jakarta.

Susanty, M.D. 2012. Efektifitas dan Efisiensi Pelaksanaan Pembelajaran

Kewirausahaan Secara Terintegrasi dan Sebagai Subjek Terpisah.

Lampung.

Yakub. E.M. 2013. "Ganti menteri ganti kurikulum" untuk 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar