Abstrak: Penelitian
ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan kerjasama dan tanggung jawab siswa ditinjau dari pengintegrasian
soft skills dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA
Negeri 1 Kencong yang terdiri dari 5 kelas dan sampel yang digunakan sebanyak 2
kelas. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t. Hasil
analisis data diperoleh thitung
= 7,37 dan ttabel diketahui
harga kritik pada t0,05 = 2,92 dan pada t0,01 = 6,96. ( 7,37 > 6,96 >
2,92). Dengan demikian, nilai thitung
> ttabel sehingga hipotesis nihil (H0)
ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima. Kemampuan kerjasama dan tangung jawab siswa yang
diajarkan melalui pengintegrasian
soft skills dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran
(RPP) lebih baik daripada kemampuan kerjasama dan tangung
jawab siswa yang diajarkan tanpa pengintegrasian
soft skills dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran
(RPP). Oleh karena itu, pengintegrasian soft skills dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dapat
digunakan untuk membantu siswa di dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Kata
kunci: Soft skills, RPP, kerjasama dan tanggung
jawab
PENDAHULUAN
Indonesia sangat
memerlukan sumberdaya manusia yang mempunyai mutu memadai untuk mendukung
proses pembangunan. Untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia tersebut, maka pendidikan
merupakan salah satu faktor yang memiliki peran sangat penting. Fenomena
peningkatan mutu pendidikan menjadi fenomena global, semua negara dewasa ini
berlomba-lomba meningkatkan mutu pendidikannya termasuk kita sebagai bangsa
yang tidak ingin ketinggalan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Pendidikan
bermutu dianggap sebagai instrumen penting bagi semua pihak untuk mewujudkan
sosok sumberdaya manusia bermutu. Tanpa melalui pendidikan sebagaimana yang
dimaksud di atas,
seorang anak diyakini tidak akan dapat menjadi manusia yang bermanfaat dan
bermartabat.
Menurut
Rahardja dan Lasulo (dalam
Rohman, 2009:88)
tujuan pendidikan bersifat normatif, yaitu mengandung unsur norma yang bersifat
memaksa, akan tetapi tidak bertentangan dengan hakekat perkembangan peserta
didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik.
Menurut Rohman (2009:89) tujuan pendidikan adalah mengarahkan, memberikan
orientasi, dan memberikan pedoman kearah mana pendidikan diselenggarakan
sebaik-baiknya.
Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan nasional adalah
dengan diselenggarakannya pendidikan
di sekolah. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang dibentuk oleh
pemerintah dan masyarakat. Sebagai
lembaga pendidikan, sekolah dapat menjalankan tujuan pendidikan secara optimal dengan
cara mengembangkan kemampuan anak. Untuk menjalankan tujuan tersebut, maka
sekolah membutuhkan koordinasi dengan semua pihak yang ada di lingkungan
sekolah. Salah satunya adalah guru, karena guru adalah orang yang terlibat
langsung dalam mengajar dan mendidik anak didik di sekolah.
Guru
dalam proses pembelajaran mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing, dan memberikan fasilitas bagi siswa untuk mencapai tujuan
pendidikan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang
terjadi di dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian
materi pembelajaran hanya merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam
belajar. Menurut Slameto (2003:97) tugas guru berpusat pada : 1. Mendidik
dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka
pendek maupun jangka panjang; 2. Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui
pengalaman belajar yang memadai; dan 3. Membantu perkembangan apek-aspek
pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri. Guru dan anak didik
(siswa) adalah dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan di dunia
pendidikan (sekolah).
Mata pelajaran ekonomi di SMA menekankan pada kompetensi yang
tidak hanya mencakup ranah hard skills (prestasi
kognitif), tetapi juga ranah soft skills (kerjasama
dan tanggung jawab). Hal ini dikarenakan pelajaran ekonomi nantinya akan
dipraktikan siswa di lingkungan masyarakat, seperti: bekerjasama dalam
menjalankan usaha perekonomian dengan orang lain dan bertanggung jawab dalam
meningkatkan hasil usaha. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk dapat
mengembangkan suatu strategi dalam mengajar yang dapat mencakup kedua ranah
tersebut. Jika kedua ranah tersebut dapat tercakup maka diharapkan tujuan dari
pendidikan akan tercapai, tetapi jika dalam proses pembelajaran guru hanya
menanamkan ranah hard skills
(prestasi kognitif) saja, maka dikhawatirkan akan berdampak pada menurunnya soft skills (kerjasama dan tanggung
jawab) siswa. Permasalahan pembelajaran tersebut juga terjadi di SMAN
Negeri 1 Kencong kelas X khususnya kelas X1 – X5, hal ini diketahui setelah
peneliti melakukan studi pendahuluan, baik wawancara dengan guru maupun
observasi awal di kelas.
Berkaitan dengan
kajian di atas,
pembelajaran yang terjadi di SMA Negeri 1 Kencong setelah peneliti melakukan
observasi awal di kelas X khususnya kelas X1 – X5 ditemukan permasalahan antara lain : 1.
siswa selalu terlambat mengumpulkan tugas
yang diberikan oleh guru dan bahkan mangabaikannya; 2. siswa kurang bisa
bekerjasama dalam memecahkan masalah, sehingga terkesan individualis antara
siswa yang satu dengan siswa yang lain; 3. Siswa selalu berkeluh kesah saat
guru memberikan tugas; dan 5. siswa juga selalu melanggar tata tertib yang
dibuat oleh sekolah.
Permasalahan yang dialami oleh siswa dan penguasaan hard skills yang lebih dominan ini
bukanlah kesalahan guru semata namun sudah sistemik, sehingga hal ini
membelenggu kreatifitas guru dalam penanaman soft skills ke siswa. Adanya Ujian Nasional yang memforsir tenaga
dan fikiran guru dan siswa, keharusan penguasaan berbagai keterampilan (dalam
ujian praktik berbagai mata pelajaran) merupakan bukti bahwa sistem pendidikan
kita lebih menekankan kemampuan teknik yang bersifat hard skills. Idealnya pembelajaran menemukan keseimbangan antara hard skills dengan soft skills sehingga peserta didik menjadi pribadi yang cerdas,
pintar, namun terbuka dan dinamis. Pribadi yang terbuka dan dinamis itu penting
karena pribadi yang demikian cenderung adaptif dengan perkembangan dan
perubahan zaman.
Adanya beberapa realita tersebut, maka guru harus
memasukkan unsur soft skills ke dalam
mata pelajaran. Guru harus menata ulang RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).
Unsur soft skills harus dicari dalam
materi pelajaran yang diajarkan. Kemudian secara eksplisit harus ditulis dalam RPP, termasuk di dalamnya bagaiamana
mempraktikkan soft skills tersebut di
kelas mengingat pentingnya soft skills
dalam membekali siswa menggapai prestasi hidup maka sudah selayaknya soft skills dalam pembelajaran
dikedepankan.
Berdasarkan uraian tersebut menjadi landasan bagi peneliti untuk melakukan
penelitian dengan judul “Perbedaan Kemampuan Kerjasama dan Tanggung Jawab Siswa Ditinjau dari Pengintegrasian
Soft Skills dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) (Studi Komparasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kencong Tahun
Ajaran 2011/2012 Mata Pelajaran Ekonomi Materi Pokok Pelaku Ekonomi).”
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen yang mengkaji perbedaan kemampuan kerjasama dan tanggung jawab siswa ditinjau dari pengintegrasian soft skills dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Metode penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive
area. Populasi
dalam penelitian ini adalah siswa kelas X tahun ajaran 2011/2012. Untuk
menentukan responden penelitian,
terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas dari siswa kelas X khususnya kelas X1
– X5 dan diambil 2
kelas yang homogen. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang di ajar dengan
pengintegrasian soft skills dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan kelas berikutnya sebagai kelas
kontrol yang di ajar tanpa pengintegrasian soft
skills dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Metode pengumpulan data
yang digunakan terdiri dari metode observasi, wawancara, dan dokumen. Analisis data yang
digunakan adalah deskriptif kuantitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Chi Kuadrat
dan Uji
ttes
Hasil
uji chi square dan uji ttes dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Hasil Uji Chi Kuadrat
Hasil
perhitungan chi kuadrat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel.1.1 Hasil Chi Kuadrat
Kelas
|
Jumlah Siswa
|
X2hitung
|
X2tabel
|
Eksperimen
|
36
|
8,782
|
11,1
|
Kontrol
|
34
|
8,038
|
11,1
|
Sumber:
Data
primer yang diolah
Hasil
perhitungan chi kuadrat tersebut harga χ2 hitung lebih kecil dari harga χ2 dalam
Tabel 4.2, maka data yang di
peroleh tersebar dalam distribusi normal. Jadi, hipotesis nihil (H0)
ditolak sedangkan hipotesis alternatif diterima yang artinya data yang
digunakan berdistribusi normal, sehingga
dapat diterapkan pada teknik statistik parametrik yang mensyaratkan adanya data
berdistribusi normal.
2. Uji ttes
Hasil
perhitungan Ttes dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel.2.1
Hasil Uji ttes
Aspek
yang diamati
|
Nilai
Kelas
|
|||
Eksperimen
(x)
|
x2
|
Kontrol
(y)
|
y2
|
|
Kerjasama
|
91,66%
|
8401,56%
|
61,74%
|
3811,82%
|
Tangung Jawab
|
100,00%
|
10.000%
|
64,70%
|
4186,09%
|
Jumlah
|
191,66%
|
18401,56%
|
126,44%
|
7997,91%
|
ttes
|
t0,05
|
t0,01
|
db
|
Mx
|
My
|
7,37
|
2,92
|
6,96
|
2
|
95,83
|
63,22
|
Sumber:
Data
primer yang diolah
Hasil perhitungan menunjukkan harga thitung
= 7,37 dan ttabel diketahui harga kritik pada t0,05 =
2,92 dan pada t0,01 = 6,96. (
7,37 > 6,96 > 2,92). Dengan
demikian, nilai thitung > ttabel
sehingga hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis kerja (Ha)
diterima.
Pembahasan
Penerapan pengintegrasian soft skills dalam RPP dengan metode
diskusi dapat
membuat siswa aktif karena mereka dituntut untuk memecahkan masalah melalui diskusi yang diberikan oleh
guru serta dituntut
saling bekerjasama
dan
bertanggung jawab dalam melakukan proses diskusi. Hal ini senada dengan elfindri,
et al., (2010:162) yang menyatakan bahwa cara untuk menumbuhkan
keterampilan bekerjasama yaitu dengan bentuk penugasan berkelompok
(diskusi kelompok). Penugasan kelompok (diskusi kelompok) adalah media untuk melatih
bekerjasama, yang sangat penting adalah adanya petunjuk pekerjaan
dalam berkelompok. Selain untuk meningkatkan kemampuan kerjasama dan
tangung jawab siswa, pembelajaran ini juga menitik beratkan pada perkembangan siswa,
baik nilai, sikap, moral dan perilaku individu. Menurut Solihatin dan Raharjo (2007:8) menyatakan bahwa dalam pembentukan kelompok belajar,
keanggotan kelompok harus bersifat heterogen sehingga interaksi yang terjadi
merupakan akumulasi dari berbagai karakteristik individu yang berbeda sehingga
suasana belajar seperti ini akan tumbuh dan berkembang nilai, sikap, moral dan
perilaku individu.
Pengintegrasian soft
skills dalam RPP dengan metode diskusi juga menuntut agar guru dapat sebagai
fasilitator dalam memotivasi, mengarahkan,
membimbing dan membantu siswa secara efektif, saling berkomunikasi, sehingga
dapat mengembangkan pola pikir siswa, sehingga siswa
dapat bekerjasama serta bertangung jawab dengan baik. Menurut Slameto (2003:97) tugas guru
berpusat pada : 1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi
pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang; 2. Memberikan
fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai; dan 3.
Membantu perkembangan apek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan
penyesuaian diri. Guru dan anak didik (siswa) adalah dua sosok manusia yang
tidak dapat dipisahkan di dunia pendidikan (sekolah).
Berdasarkan observasi
awal sebelum tindakan menunjukan bahwa perilaku siswa masih belum menunjukkan perilaku yang
diharapkan. Hal ini dibuktikan siswa
selalu terlambat
mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru dan bahkan mangabaikannya, siswa kurang bisa bekerjasama dalam memecahkan
masalah, sehingga terkesan individualis antara siswa yang satu dengan siswa
yang lain; 3. Siswa selalu berkeluh kesah saat guru memberikan tugas, serta siswa selalu melanggar tata tertib yang
dibuat oleh sekolah.
Setelah dilakuakan observasi awal, kemudian dilanjutkan
dengan pelaksanaan tindakan yang diikuti oleh 36 siswa untuk
kelas
eksperimen dan
34 siswa untuk kelas kontrol. Siswa di kelas
eksperimen pada pertemuan pertama masih belum bisa bekerjasama dan bertangung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini dibuktikan pada
saat guru memberikan materi untuk didiskusikan suasana kelas menjadi gaduh karena banyak
siswa yang mengeluh karena diberikan tugas dan pada saat diskusi berlangsung beberapa
siswa terlihat berbicara sendiri di luar materi pelajaran, bermain HP, kurang
serius dalam diskusi, dan beberapa siswa terlihat mencari informasi sendiri tentang
permasalahan yang dihadapi melaui buku pengangan yang dimiliki dan teman
diskusinya hanya mencatat hasil dari pencarian informasi. Jika dipersentase
maka kemampuan belajar siswa pada pertemuan pertama untuk
kerjasama yaitu siswa
mampu
sebesar 55,55%, siswa yang tidak mampu sebesar 44,44% dan untuk tanggung
jawab siswa mampu 47,22%, siswa tidak mampu 57,77%.
Proses
pembelajaran pada pertemuan kedua siswa sudah mulai
bisa bekerjasama dan bertangung jawab meskipun persentase perubahannya masih
rendah. Siswa masih sedikit gaduh pada saat guru memberikan tugas untuk
didiskusikan, akan tetapi guru segera menegurnya sehingga kelas masih tetap terkendali dengan baik. Pada saat proses
diskusi berlangsung, siswa sudah tidak lagi bekerja sendiri, siswa saling memberikan
dorongan positif untuk anggota kelompok, mengemukakan gagasan/pendapatnya, dan
siswa sudah mulai fokus pada kegiatan pembelajaran. Secara persentase
kemampuan belajar siswa untuk kerjasama yaitu siswa mampu 63,88% dan tidak
mampu 36,11% dan untuk tangung jawab siswa mampu 86,11% dan tidak mampu sebesar
13,88%.
Proses pembelajaran pada pertemuan ketiga, siswa sudah bisa bekerjasama dan bertangung
jawab. Siswa sudah tidak gaduh pada saat guru memberikan tugas untuk
didiskusikan, dan proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Secara persentase kemampuan belajar siswa untuk kerjasama
yaitu siswa mampu 91,66% dan tidak mampu 8,33% dan tangung jawab siswa mampu sebesar 100%
dan siswa tidak mampu sebesar 0%. Pada pertemuan ketiga ini, hasil dari
observasi akan dibandingkan dengan hasil observasi di kelas kontrol yang
nantinya akan diketahui perbedaan kemampuan siswa dalam bekerjasama dan
bertangung jawab.
Siswa
di kelas kontrol dalam proses pembelajaran dengan metode diskusi (tanpa
pengintegrasian soft skills dalam
RPP) mengalami peningkatan, akan tetapi peningkatan tersebut tidak sesignifikan
siswa kelas eksperimen. Secara persentase pada pertemuan pertama, kemampuan
siswa dalam bekerjasama yaitu siswa mampu 20,58%, siswa mampu 79,41% sedangkan
dalam bertangung jawab, siswa mampu 29,41%, siswa mampu 70,58%. Pertemuan kedua
kemampuan siswa dalam bekerja sama, siswa mampu 55,88%, siswa tidak mampu
44,11% sedangkan dalam bertanggung jawab siswa mampu 50%, siswa tidak mampu
50%.
Kemampuan guru
dalam menerapkan pengintegrasian
soft skills dalam RPP melalui metode
diskusi kelompok sudah
baik
meskipun pada awal pembelajaran (pertemuan 1) guru masih kurang bisa menjadi
fasilitator bagi siswa. Selain itu, Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru bidang studi pembelajaran
IPS (ekonomi) dengan penerapan pengintegrasian soft
skills dalam RPP melalui metode diskusi menunjukkan hasil yang positif. Dengan adanya pembelajaran ini menjadikan siswa dapat
bekerjasama dengan teman sebayanya serta dapat bertangung jawab. Hal tersebut tampak pada
antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang berbeda dari
sebelumnya. Kemauan siswa dalam bertanya, menjawab, mengemukakan gagasan/penendapat lebih baik, siswa
juga menaruh perhatian lebih pada proses pembelajaran, serta siswa lebih fokus
dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru serta tidak selalu mengeluh dan tidak
individualis.
Beberapa
hasil dari analisis data tentang perbedaan kemampuan kerjasama dan tangung
jawab siswa
tersebut menunjukkan bahwa penerapan pengintegrasian soft skills dalam RPP melalui metode diskusi dapat meningkatkan kemampuan
kerjasama dan tangung jawab siswa. Kemampuan guru dalam menerapkan pengintegrasian soft skills dalam RPP melalui metode
diskusi baik. Dalam kegiatan pembelajaran
ini guru berperan sebagai fasilitator,
dan
siswa melakukan diskusi bersama teman diskusinya. Metode ini dapat melatih
siswa agar bisa bekerjasama dan bertangung jawab. Diharapkan dengan adanya
perubahan proses pembelajaran siswa yang baik, maka fungsi dan tujuan dari
pembelajaran dapat tercapai.
Berdasarkan
permasalahan yang terjadi, diperoleh tujuan penelitian yaitu menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara kemampuan kerjasama dan tanggung jawab
siswa yang diajarkan melalui pengintegrasian soft skills dalam RPP dan
tanpa pengintegrasian soft skills dalam
RPP (studi komparasi siswa kelas X SMA Negeri 1
Kencong tahun ajaran 2011/2012 mata pelajaran ekonomi materi pokok pelaku
ekonomi). Dengan demikian, hipotesis yang diajukan terbukti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan
kerjasama dan tanggung jawab siswa yang diajarkan melalui pengintegrasian
soft skills dalam RPP dan tanpa pengintegrasian soft skills dalam RPP (studi komparasi
siswa kelas X SMA Negeri 1 Kencong tahun
ajaran 2011/2012 mata pelajaran ekonomi materi pokok pelaku ekonomi).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan pada aspek kemampuan kerjasama dan tanggung jawab siswa yang
diajarkan melalui pengintegrasian
soft skills dalam RPP dan tanpa pengintegrasian soft skills dalam RPP (studi komparasi
siswa kelas X SMA Negeri 1 Kencong tahun
ajaran 2011/2012 mata pelajaran ekonomi materi pokok pelaku ekonomi). Kemampuan kerjasama dan tangung jawab siswa dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan pengintegrasian soft
skills dalam RPP lebih tinggi daripada kemampuan
kerjasama dan tangung jawab siswa dalam pembelajaran tanpa pengintegrasian soft skills dalam RPP (studi komparasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Kencong tahun ajaran 2011/2012 mata
pelajaran ekonomi materi pokok pelaku ekonomi).
Saran
Berdasarkan
hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh maka saran yang diberikan
penulis adalah: 1) Penerapan pengintegrasian soft skills dengan mengunakan metode diskusi dalam pembelajaran ekonomi dapat
digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan kerjasama dan tangung
jawab siswa; 2)
Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik sebaiknya guru mengenalkan tentang soft skills secara terperinci beserta
contohnya sebelum
pembelajaran atau diluar pembelajaran formal. Hal ini supaya siswa mampu mengembangkan sendiri tentang soft skills..
DAFTAR RUJUKAN
Elfindri
et al. 2010. Soft Skill Untuk
Pendidik. 2010: Baduose Media.
Rohman,
A. 2009. Buku Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Jakarta:
Laksbang
Mediatama.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Solihatin, dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Sinar
Grafika
Offset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar