SELAMAT DATANG DI DUNIA KARYA, SEMOGA BERMANFAAT, KRITIKAN DAN MASUKAN SANGAT SAYA HARAPKAN. TERIMA KASIH

Kamis, 08 November 2012

PERBEDAAN KEMAMPUAN KERJASAMA DAN TANGGUNG JAWAB SISWA DITINJAU DARI PENGINTEGRASIAN SOFT SKILLS DALAM RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan kerjasama dan tanggung jawab siswa ditinjau dari pengintegrasian soft skills dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Kencong yang terdiri dari 5 kelas dan sampel yang digunakan sebanyak 2 kelas. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t. Hasil analisis data  diperoleh thitung = 7,37 dan ttabel diketahui harga kritik pada t0,05 = 2,92 dan pada t0,01 = 6,96. ( 7,37 > 6,96 > 2,92). Dengan demikian, nilai thitung > ttabel sehingga hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima. Kemampuan kerjasama dan tangung jawab siswa yang diajarkan melalui pengintegrasian soft skills dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) lebih baik daripada kemampuan kerjasama dan tangung jawab siswa yang diajarkan tanpa pengintegrasian soft skills dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Oleh karena itu, pengintegrasian soft skills dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dapat digunakan untuk membantu siswa di dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh hasil yang maksimal.

Kata kunci: Soft skills, RPP, kerjasama dan tanggung jawab

PENDAHULUAN
Indonesia sangat memerlukan sumberdaya manusia yang mempunyai mutu memadai untuk mendukung proses pembangunan. Untuk meningkatkan mutu sumberdaya manusia tersebut, maka pendidikan merupakan salah satu faktor yang memiliki peran sangat penting. Fenomena peningkatan mutu pendidikan menjadi fenomena global, semua negara dewasa ini berlomba-lomba meningkatkan mutu pendidikannya termasuk kita sebagai bangsa yang tidak ingin ketinggalan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Pendidikan bermutu dianggap sebagai instrumen penting bagi semua pihak untuk mewujudkan sosok sumberdaya manusia bermutu. Tanpa melalui pendidikan sebagaimana yang dimaksud di atas, seorang anak diyakini tidak akan dapat menjadi manusia yang bermanfaat dan bermartabat.
Menurut Rahardja dan Lasulo (dalam Rohman, 2009:88) tujuan pendidikan bersifat normatif, yaitu mengandung unsur norma yang bersifat memaksa, akan tetapi tidak bertentangan dengan hakekat perkembangan peserta didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik. Menurut Rohman (2009:89) tujuan pendidikan adalah mengarahkan, memberikan orientasi, dan memberikan pedoman kearah mana pendidikan diselenggarakan sebaik-baiknya.
Salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan nasional adalah dengan diselenggarakannya pendidikan di sekolah. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang dibentuk oleh pemerintah dan masyarakat. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah dapat menjalankan tujuan pendidikan secara optimal dengan cara mengembangkan kemampuan anak. Untuk menjalankan tujuan tersebut, maka sekolah membutuhkan koordinasi dengan semua pihak yang ada di lingkungan sekolah. Salah satunya adalah guru, karena guru adalah orang yang terlibat langsung dalam mengajar dan mendidik anak didik di sekolah.
Guru dalam proses pembelajaran mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberikan fasilitas bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa. Penyampaian materi pembelajaran hanya merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar. Menurut Slameto (2003:97) tugas guru berpusat pada : 1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang; 2. Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai; dan 3. Membantu perkembangan apek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri. Guru dan anak didik (siswa) adalah dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan di dunia pendidikan (sekolah).
Mata pelajaran ekonomi di SMA menekankan pada kompetensi yang tidak hanya mencakup ranah hard skills (prestasi kognitif), tetapi juga ranah soft skills (kerjasama dan tanggung jawab). Hal ini dikarenakan pelajaran ekonomi nantinya akan dipraktikan siswa di lingkungan masyarakat, seperti: bekerjasama dalam menjalankan usaha perekonomian dengan orang lain dan bertanggung jawab dalam meningkatkan hasil usaha. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk dapat mengembangkan suatu strategi dalam mengajar yang dapat mencakup kedua ranah tersebut. Jika kedua ranah tersebut dapat tercakup maka diharapkan tujuan dari pendidikan akan tercapai, tetapi jika dalam proses pembelajaran guru hanya menanamkan ranah hard skills (prestasi kognitif) saja, maka dikhawatirkan akan berdampak pada menurunnya soft skills (kerjasama dan tanggung jawab) siswa. Permasalahan pembelajaran tersebut juga terjadi di SMAN Negeri 1 Kencong kelas X khususnya kelas X1 – X5, hal ini diketahui setelah peneliti melakukan studi pendahuluan, baik wawancara dengan guru maupun observasi awal di kelas.
Berkaitan dengan kajian di atas, pembelajaran yang terjadi di SMA Negeri 1 Kencong setelah peneliti melakukan observasi awal di kelas X khususnya kelas X1 – X5 ditemukan permasalahan antara lain : 1. siswa selalu terlambat mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru dan bahkan mangabaikannya; 2. siswa kurang bisa bekerjasama dalam memecahkan masalah, sehingga terkesan individualis antara siswa yang satu dengan siswa yang lain; 3. Siswa selalu berkeluh kesah saat guru memberikan tugas; dan 5. siswa juga selalu melanggar tata tertib yang dibuat oleh sekolah.
Permasalahan yang dialami oleh siswa dan penguasaan hard skills yang lebih dominan ini bukanlah kesalahan guru semata namun sudah sistemik, sehingga hal ini membelenggu kreatifitas guru dalam penanaman soft skills ke siswa. Adanya Ujian Nasional yang memforsir tenaga dan fikiran guru dan siswa, keharusan penguasaan berbagai keterampilan (dalam ujian praktik berbagai mata pelajaran) merupakan bukti bahwa sistem pendidikan kita lebih menekankan kemampuan teknik yang bersifat hard skills. Idealnya pembelajaran menemukan keseimbangan antara hard skills dengan soft skills sehingga peserta didik menjadi pribadi yang cerdas, pintar, namun terbuka dan dinamis. Pribadi yang terbuka dan dinamis itu penting karena pribadi yang demikian cenderung adaptif dengan perkembangan dan perubahan zaman.
Adanya beberapa realita tersebut, maka guru harus memasukkan unsur soft skills ke dalam mata pelajaran. Guru harus menata ulang RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Unsur soft skills harus dicari dalam materi pelajaran yang diajarkan. Kemudian secara eksplisit harus ditulis dalam RPP, termasuk di dalamnya bagaiamana mempraktikkan soft skills tersebut di kelas mengingat pentingnya soft skills dalam membekali siswa menggapai prestasi hidup maka sudah selayaknya soft skills dalam pembelajaran dikedepankan.
            Berdasarkan uraian tersebut menjadi landasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Kemampuan Kerjasama dan Tanggung Jawab Siswa Ditinjau dari Pengintegrasian Soft Skills dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) (Studi Komparasi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kencong Tahun Ajaran 2011/2012 Mata Pelajaran Ekonomi Materi Pokok Pelaku Ekonomi).”

METODE PENELITIAN
            Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang mengkaji perbedaan kemampuan kerjasama dan tanggung jawab siswa ditinjau dari pengintegrasian soft skills dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Metode penentuan lokasi penelitian menggunakan metode purposive area. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X tahun ajaran 2011/2012. Untuk menentukan responden  penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas dari siswa kelas X khususnya kelas X1 – X5 dan diambil 2 kelas yang homogen. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang di ajar dengan pengintegrasian soft skills dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan kelas berikutnya sebagai kelas kontrol yang di ajar tanpa pengintegrasian soft skills dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Metode pengumpulan data yang digunakan terdiri dari metode observasi, wawancara, dan dokumen. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.
 

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Chi Kuadrat dan Uji ttes
Hasil uji chi square dan uji ttes dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Hasil Uji Chi Kuadrat
Hasil perhitungan chi kuadrat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel.1.1 Hasil Chi Kuadrat
Kelas
Jumlah Siswa
X2hitung
X2tabel
Eksperimen
36
8,782
11,1
Kontrol
34
8,038
11,1
Sumber: Data primer yang diolah  
Hasil perhitungan chi kuadrat tersebut harga χ2 hitung  lebih kecil dari harga χ2 dalam Tabel 4.2, maka data yang di peroleh tersebar dalam distribusi normal. Jadi, hipotesis nihil (H0) ditolak sedangkan hipotesis alternatif diterima yang artinya data yang digunakan  berdistribusi normal, sehingga dapat diterapkan pada teknik statistik parametrik yang mensyaratkan adanya data berdistribusi normal.

2. Uji ttes
Hasil perhitungan Ttes dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel.2.1 Hasil Uji ttes
Aspek yang diamati
Nilai Kelas
Eksperimen (x)
x2
Kontrol (y)
y2
Kerjasama
91,66%
8401,56%
61,74%
3811,82%
Tangung Jawab
100,00%
10.000%
64,70%
4186,09%
Jumlah
191,66%
18401,56%
126,44%
7997,91%
ttes
t0,05
t0,01
db
Mx
My
7,37
2,92
6,96
2
95,83
63,22
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil perhitungan menunjukkan harga thitung = 7,37 dan ttabel diketahui harga kritik pada t0,05 = 2,92 dan pada t0,01 = 6,96. ( 7,37 > 6,96 > 2,92). Dengan demikian, nilai thitung > ttabel sehingga hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis kerja (Ha) diterima.

Pembahasan
            Penerapan pengintegrasian soft skills dalam RPP dengan metode diskusi dapat membuat siswa aktif karena mereka dituntut untuk memecahkan masalah melalui diskusi yang diberikan oleh guru serta dituntut saling bekerjasama dan bertanggung jawab dalam melakukan proses diskusi. Hal ini senada dengan elfindri, et al., (2010:162) yang menyatakan bahwa cara untuk menumbuhkan keterampilan bekerjasama yaitu dengan bentuk penugasan berkelompok (diskusi kelompok). Penugasan kelompok (diskusi kelompok) adalah media untuk melatih bekerjasama, yang sangat penting adalah adanya petunjuk pekerjaan dalam berkelompok. Selain untuk meningkatkan kemampuan kerjasama dan tangung jawab siswa, pembelajaran ini juga menitik beratkan pada perkembangan siswa, baik nilai, sikap, moral dan perilaku individu. Menurut Solihatin dan Raharjo (2007:8) menyatakan bahwa dalam pembentukan kelompok belajar, keanggotan kelompok harus bersifat heterogen sehingga interaksi yang terjadi merupakan akumulasi dari berbagai karakteristik individu yang berbeda sehingga suasana belajar seperti ini akan tumbuh dan berkembang nilai, sikap, moral dan perilaku individu.
            Pengintegrasian soft skills dalam RPP dengan metode diskusi juga menuntut agar guru dapat sebagai fasilitator dalam memotivasi, mengarahkan, membimbing dan membantu siswa secara efektif, saling berkomunikasi, sehingga dapat mengembangkan pola pikir siswa, sehingga siswa dapat bekerjasama serta bertangung jawab dengan baik. Menurut Slameto (2003:97) tugas guru berpusat pada : 1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang; 2. Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai; dan 3. Membantu perkembangan apek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai, dan penyesuaian diri. Guru dan anak didik (siswa) adalah dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan di dunia pendidikan (sekolah).
Berdasarkan observasi awal sebelum tindakan menunjukan bahwa perilaku siswa masih belum menunjukkan perilaku yang diharapkan. Hal ini dibuktikan siswa selalu terlambat mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru dan bahkan mangabaikannya, siswa kurang bisa bekerjasama dalam memecahkan masalah, sehingga terkesan individualis antara siswa yang satu dengan siswa yang lain; 3. Siswa selalu berkeluh kesah saat guru memberikan tugas, serta siswa selalu melanggar tata tertib yang dibuat oleh sekolah.
Setelah dilakuakan observasi awal, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan yang diikuti oleh 36 siswa untuk kelas eksperimen dan 34 siswa untuk kelas kontrol. Siswa di kelas eksperimen pada pertemuan pertama masih belum bisa bekerjasama dan bertangung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini dibuktikan pada saat guru memberikan materi untuk didiskusikan suasana kelas menjadi gaduh karena banyak siswa yang mengeluh karena diberikan tugas dan pada saat diskusi berlangsung beberapa siswa terlihat berbicara sendiri di luar materi pelajaran, bermain HP, kurang serius dalam diskusi, dan beberapa siswa terlihat mencari informasi sendiri tentang permasalahan yang dihadapi melaui buku pengangan yang dimiliki dan teman diskusinya hanya mencatat hasil dari pencarian informasi. Jika dipersentase maka kemampuan belajar siswa pada pertemuan pertama untuk kerjasama yaitu siswa mampu sebesar  55,55%, siswa yang tidak mampu sebesar 44,44% dan untuk tanggung jawab siswa mampu 47,22%, siswa tidak mampu 57,77%.
            Proses pembelajaran pada pertemuan kedua siswa sudah mulai bisa bekerjasama dan bertangung jawab meskipun persentase perubahannya masih rendah. Siswa masih sedikit gaduh pada saat guru memberikan tugas untuk didiskusikan, akan tetapi guru segera menegurnya sehingga kelas masih tetap terkendali dengan baik. Pada saat proses diskusi berlangsung, siswa sudah tidak lagi bekerja sendiri, siswa saling memberikan dorongan positif untuk anggota kelompok, mengemukakan gagasan/pendapatnya, dan siswa sudah mulai fokus pada kegiatan pembelajaran. Secara persentase kemampuan belajar siswa untuk kerjasama yaitu siswa mampu 63,88% dan tidak mampu 36,11% dan untuk tangung jawab siswa mampu 86,11% dan tidak mampu sebesar 13,88%.
            Proses pembelajaran pada pertemuan ketiga, siswa sudah bisa bekerjasama dan bertangung jawab. Siswa sudah tidak gaduh pada saat guru memberikan tugas untuk didiskusikan, dan proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Secara persentase kemampuan belajar siswa untuk kerjasama yaitu siswa mampu 91,66% dan tidak mampu 8,33% dan tangung jawab siswa mampu sebesar 100% dan siswa tidak mampu sebesar 0%. Pada pertemuan ketiga ini, hasil dari observasi akan dibandingkan dengan hasil observasi di kelas kontrol yang nantinya akan diketahui perbedaan kemampuan siswa dalam bekerjasama dan bertangung jawab.
            Siswa di kelas kontrol dalam proses pembelajaran dengan metode diskusi (tanpa pengintegrasian soft skills dalam RPP) mengalami peningkatan, akan tetapi peningkatan tersebut tidak sesignifikan siswa kelas eksperimen. Secara persentase pada pertemuan pertama, kemampuan siswa dalam bekerjasama yaitu siswa mampu 20,58%, siswa mampu 79,41% sedangkan dalam bertangung jawab, siswa mampu 29,41%, siswa mampu 70,58%. Pertemuan kedua kemampuan siswa dalam bekerja sama, siswa mampu 55,88%, siswa tidak mampu 44,11% sedangkan dalam bertanggung jawab siswa mampu 50%, siswa tidak mampu 50%.
            Kemampuan guru dalam menerapkan pengintegrasian soft skills dalam RPP melalui metode diskusi kelompok sudah baik meskipun pada awal pembelajaran (pertemuan 1) guru masih kurang bisa menjadi fasilitator bagi siswa. Selain itu, Hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru bidang studi pembelajaran IPS (ekonomi) dengan penerapan pengintegrasian soft skills dalam RPP melalui metode diskusi menunjukkan hasil yang positif. Dengan adanya pembelajaran ini menjadikan siswa dapat bekerjasama dengan teman sebayanya serta dapat bertangung jawab. Hal tersebut tampak pada antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya. Kemauan siswa dalam bertanya, menjawab, mengemukakan gagasan/penendapat lebih baik, siswa juga menaruh perhatian lebih pada proses pembelajaran, serta siswa lebih fokus dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru serta tidak selalu mengeluh dan tidak individualis.
            Beberapa hasil dari analisis data tentang perbedaan kemampuan kerjasama dan tangung jawab siswa tersebut menunjukkan bahwa penerapan pengintegrasian soft skills dalam RPP melalui metode diskusi dapat meningkatkan kemampuan kerjasama dan tangung jawab siswa. Kemampuan guru dalam menerapkan pengintegrasian soft skills dalam RPP melalui metode diskusi baik. Dalam kegiatan pembelajaran ini guru berperan sebagai fasilitator, dan siswa melakukan diskusi bersama teman diskusinya. Metode ini dapat melatih siswa agar bisa bekerjasama dan bertangung jawab. Diharapkan dengan adanya perubahan proses pembelajaran siswa yang baik, maka fungsi dan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi, diperoleh tujuan penelitian yaitu menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kemampuan kerjasama dan tanggung jawab siswa yang diajarkan melalui pengintegrasian soft skills dalam RPP dan tanpa pengintegrasian soft skills dalam RPP (studi komparasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Kencong tahun ajaran 2011/2012 mata pelajaran ekonomi materi pokok pelaku ekonomi). Dengan demikian, hipotesis yang diajukan terbukti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan kerjasama dan tanggung jawab siswa yang diajarkan melalui pengintegrasian soft skills dalam RPP dan tanpa pengintegrasian soft skills dalam RPP (studi komparasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Kencong tahun ajaran 2011/2012 mata pelajaran ekonomi materi pokok pelaku ekonomi).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada aspek kemampuan kerjasama dan tanggung jawab siswa yang diajarkan melalui pengintegrasian soft skills dalam RPP dan tanpa pengintegrasian soft skills dalam RPP (studi komparasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Kencong tahun ajaran 2011/2012 mata pelajaran ekonomi materi pokok pelaku ekonomi). Kemampuan kerjasama dan tangung jawab siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pengintegrasian soft skills dalam RPP lebih tinggi daripada kemampuan kerjasama dan tangung jawab siswa dalam pembelajaran tanpa pengintegrasian soft skills dalam RPP (studi komparasi siswa kelas X SMA Negeri 1 Kencong tahun ajaran 2011/2012 mata pelajaran ekonomi materi pokok pelaku ekonomi).
Saran
            Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh maka saran yang diberikan penulis adalah: 1) Penerapan pengintegrasian soft skills dengan mengunakan metode diskusi dalam pembelajaran ekonomi dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan kerjasama dan tangung jawab siswa; 2) Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik sebaiknya guru mengenalkan tentang soft skills secara terperinci beserta contohnya sebelum pembelajaran atau diluar pembelajaran formal. Hal ini supaya siswa mampu mengembangkan sendiri tentang soft skills..  

DAFTAR RUJUKAN
Elfindri et al.  2010. Soft Skill Untuk Pendidik. 2010: Baduose Media.

Rohman, A. 2009. Buku Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Jakarta:
Laksbang Mediatama.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.
Rineka Cipta

Solihatin, dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: Sinar Grafika
Offset.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar